24 Januari 2013

Rewiew Buku Selasa Bersama Morie, Spread Love & Don't Give Up!


Judul                  : SELASA BERSAMA MORRIE - Sebuah Kisah Nyata Perjalanan Tentang Makna HIdup
Pengarang          : Mitch Albom
Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama
Harga                 : Rp 40.000
Tebal                 : 220 Halaman

“Begitu banyak orang menjalani hidup tanpa makna sama sekali. Mereka mengerjakan sesuatu yang menurut mereka penting. Ini karena mereka memburu sasaran-sasaran yang salah. Satu-satunya cara agar hidup ini menjadi bermakna adalah mengabdikan diri untuk menyayangi orang lain, mengabdikan diri untuk menciptakan sesuatu yang memberi kita tujuan serta makna.” – Morrie Schwartz 
Morrie Schwartz, seorang Profesor , seorang mahaguru, dosen kuliah sosiologi yang dulu mengajar Mitch Albom di Universitas Brandeis, Massachusetts. Di usianya yang mulai renta, dokter memvonisnya mengidap penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS), sebuah penyakit ganas yang menyerang sistem sarafnya.  Sedikit demi sedikit, hari ke hari penyakit itu akan menggerogotinya hingga mati.

Mitch Albom, adalah satu dari banyak mantan mahasiswa Morrie yang selalu rutin menjenguknya. Morrie pun mengajak Mitch untuk membuat semacam proyek diskusi. Mereka sepakat di setiap hari selasa kedatangan Mitch, mereka akan melakukannya dan menamakan diskusi ini adalah kuliah akhir: kuliah tentang cara menjalani hidup.

Selasa – selasa yang dilalui bersama Morrie merupakan pelajaran berharga bagi Mitch. Mereka berdiskusi, membahas tentang dunia, tentang mengasihani diri sendiri, tentang penyesalan diri, tentang kematian, tentang keluarga, tentang emosi, tentang takut menjadi tua, tentang uang, tentang cinta yang tak padam, tentang perkawinan, tentang budaya, tentang maaf, tentang hari yang paling baik, dan saat yang paling mengharukan, dimana Mitch dan Morrie saling mengucapkan kata perpisahan.

Profesor Morrie meninggal pada hari Sabtu pagi. Pada saat pemakaman, Mitch menyadari bahwa pemakaman itu sebuah tempat yang indah, dengan pohon, rerumputan, dan terletak di lereng sebuah bukit. Tempat yang seperti sang Profesor inginkan dirinya dimakamkan. Betapa leganya Mitch ketika ia tahu bahwa perbincangan dalam imajinasinya itu hampir tak jauh berbeda ketika Morrie masih hidup, dan ia sadar bahwa hari itu adalah Hari Selasa.





Pendapat Reviewer :
Buku ini sangat bagus dan bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, bahwa kita jangan takut dalam menghadapi kematian. seperti halnya Morrie, dokter memperkirakan bahwa usianya tak kan lama lagi, namun dia malah semakin kuat, semakin hidup. Ia semakin berusaha mencari makna hidup, berkeyakinan dan hidup penuh dengan harapan.

Ia manfaatkan sisa-sisa hidupnya dengan melakukan hal hal  yg berguna, dengan cara mengembangkan diri sendiri, dan menebar cinta bagi sesama. Pesan utama dari buku ini dapat disimpulkan bahawa, hidup itu berharga.
Buku ini mengajarkan kita untuk tidak berputus asa dan tetap semangat. Seperti yang tercantum dalam Al Quran:

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat tidak mau menyampaikannya kepada orang lain (kikir).QS. Al-Maa’arij:19-21

“Katakanlah, Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  QS. Az-Zumar:53

Jadi mulai sekarang, let's spread love and say no to give up! :)


Writer:  Yona Intan Zariska | Editor: Fika Trimujiani



0 komentar:

Posting Komentar